Terletak tak jauh dari tepian Sungai
Batanghari, tampak Rumah Batu Olak Kemang berdiri. Bangunan tua yang
oleh warga setempat disebut juga “Rumah Rajo” merasai sendirian,
melawan kekuatan alam – hujan, panas dan angin yang mengikis hampir
seluruh sisi dinding. Ditambah lagi lumut dan tetumbuhan paku yang
menempel di sela-sela retakan menjadikan bangunan cagar budaya ini
tampak merana. Kayu pada sisi dinding dan lantai atas sudah banyak
lapuk, dan atapnya yang sebagian besar hampir lepas.
Rumah ini dibangun dalam kurun abad
ke-XVIII. Tentunya ini menyimpan nilai sejarah, khususnya merekam jejak
kekayaan budaya masyarakat Melayu Jambi. Warga yang tinggal bersebelahan
dengan bangunan tua tersebut mengatakan Rumah Batu Olak Kemang milik
(Alm) Said Idrus bin Said Hasan Al Jufri. Pada masa jayanya beliau
adalah seorang Raja (Sultan) berpengaruh di kawasan itu dengan gelar
Pangeran Wirokusumo.
Rumah Batu Olak Kemang sendiri berbentuk
bangunan dengan dua lantai. Arsitekturnya selain memperlihatkan model
rumah panggung khas rumah masyarakat Melayu Jambi juga tampak
dipengaruhi seni bangunan oriental - China. Hal ini bisa dilihat dari
ukiran Ular Naga pada bagian pintu masuk utama ruangan, dan pintu
gerbang keluar-masuk yang berjarak kurang lebih 5 meter yang tampak
menyerupai gerbang rumah ibadah Klenteng .
Perawatan rumah tua ini sampai sekarang
masih dilakukan seadanya oleh pihak keluarga dari keturunan (Alm) Said
Idrus bin Said Hasan Al Jufri. Saat ini tanggung-jawab merawatnya berada
pada pundak Ibu Syarifah Aulia.
Harapan dari pihak yang merawat Rumah Batu Olak Kemang ini pemerintah Kota Jambi bersedia memberikan perhatian yang layak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar